Sosok pemimpin yang
adil dan takut akan jabatan yg didudukinya akan di pertanyakan nanti di
akhirat. Khalifah Umar
Bin Khattab
Suatu ketika Pemimpin orang-orang mukmin
sepeninggal Nabi Muhammad SAW, Khalifah Umar bin Khattab, berjalan kaki
berpergian keluar kota untuk melihat kondisi rakyat bersama salah seorang
sahabatnya. Kemudian Umar melihat sebuah kemah dan ada seorang wanita yang
sedang memasak. Umar meminta izin kepada wanita itu, “Assalamualaikum, bolehkah
saya mendekat?” tanya Umar. Wanita itu menjawab : “Silahkan, jika engkau
membawa kebaikan”. Lalu Umar mendekat dan bertanya : “Kenapa anak-anakmu
menangis?”. Wanita itu menjawab : “Mereka lapar”. “Sungguh Umar bin Khattab
tidak pantas jadi pemimpin. Ia tidak mampu menjamin kebutuhan rakyatnya.”.
Lanjut wanita itu yang tidak mengetahui bahwa orang yang sedang diajaknya
berbicara adalah Umar. Mendengar perkataan wanita itu, sahabat Umar lalu ingin
menyanggah untuk memberitahukan bahwa dia sebenarnya sedang berbicara dengan
Umar, lalu Umar menahan ucapan sahabatnya itu untuk tidak memberitahukan apapun
kepada wanita itu. Umar kembali bertanya kepada wanita itu : “Apa yang kau
masak?”. “Aku memasak air,mengaduk-ngaduk air ini, membuat suara agar
anak-anakku tertidur supaya mereka mengira aku sedang memasak makanan untuk
mereka”. Jawab wanita malang itu. Umar pun terhenyak mendengar hal itu dan
berkata : “Tunggulah disini, aku akan kembali lagi membawakan sesuatu untukmu”.
Umar pun bergegas kembali ke pusat kota dan pergi ke gudang makanan, mengambil
satu karung gandum dan berkata : “Bantulah aku angkat karung ini ke
punggungku”. Sahabat Umar kaget dan berkata : “Wahai Amirul Mukminin, biarlah
saya yang mengangkat karung yang berat ini”. Lalu Umar menampik dan berkata :
“Apakah engkau sanggup menanggung bebanku nanti di Akhirat?”. Sahabat pun
terdiam dan membiarkan Umar mengangkat sendiri karung yang berat itu. Umar pun
dengan tertatih sambil membawa tongkatnya berjalan kaki menuju kemah wanita
yang kelaparan tadi. Sesampainya di kemah wanita itu, Umar membuka karung
gandum itu, menaruhnya dipanci dan memasakkannya sendiri. “Aduklah, aku akan
menaruh gandum ini secara perlahan. Beginilah cara memasak yang baik”. Ucap
Umar sambil meniupkan kayu bakar untuk memanaskan makanan. Kemudian Umar
menuangkan makanan tersebut kedalam piring lalu diberikan kepada wanita itu.
Alangkah bahagianya wanita itu karena akhirnya dia bisa memberikan makanan
kepada anak-anaknya. Diapun menghampiri anak-anaknya yang berjumlah tiga orang
dan menyuapinya satu persatu, anak-anaknya makan dengan sangat lahap karena
lama tidak mendapatkan makanan. “Engkau lebih baik dari Amirul Mukminin”, ucap
wanita itu kepada Umar. Lalu Umar menjawab :”Besok, temuilah Amirul Mukminin,
katakanlah kebutuhanmu, dia akan mencukupimu”.
Masyaallah,
begitu mulia teladan yang diberikan oleh salah satu pemimpin umat terbaik
setelah Nabi SAW wafat. Umar dengan rasa takutnya yang sangat tinggi kepada
Allah swt begitu gelisah jika ada amanah yang belum dia tunaikan. Umar rela
memikul beban hidupnya demi kebaikan umatnya. Saat ini,Indonesia sedang
mengalami krisis keteladanan pemimpin dan penguasa dari berbagai bidang. Semoga
kisah Umar ini bisa menjadi pelajaran berharga bagi kita semua, khususnya bagi
pemimpin dan calon-calon pemimpin. Amin.amin….
saya terinspirasi dari sebuah film ramadan tahun kemarin
Tidak ada komentar:
Posting Komentar